Sebagai insan yang berada di sebuah lembaga pendidikan, apalagi Satuan Pedidikan di lingkungan YPDM Pasundan diantaranya SD, SMP, SMA dan SMK yang notabene Peserta Didiknya banyak, menghadapi peserta didik “nakal” adalah hal yang biasa. Mulai dari Peserta didik yang sering terlambat atau bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas/ PR, ribut di kelas, jajan saat jam pelajaran, tidak sholat, dan masih banyak contoh “kenakalan” lain yang kerap dilakukan peserta didik. Hal-hal tersebut memang benar-benar menguji kesabaran kita. Dibutuhkan kesabaran dan keuletan tingkat tinggi.
Menurut kami tidak ada yang namanya peserta didik “nakal”, yang ada adalah;
Peserta didik yang krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan peserta didik terjadi karena peseta didik gagal mencapai masa integrasi kedua.
Peserta didik yang memiliki kontrol diri yang lemah. Peserta Didik yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.